
AMBON,Nunusaku.id,- Perempuan Progresif Indonesia Timur (Preposisi) melakukan kegiatan mentorship: Building Resilient and Sustainable Platforms, Sabtu (14/12).
Kegiatan ini merupakan media mentorship yang dilakukan kepada komunitas, organisasi, yayasan dan platform yang berada di Kawasan Indonesia Timur (KTI).
Narasumber yang berkesempatan berikan sharing pengalaman, knowledge dan strategi pengembangan platform yang sustanaible yaitu Zussana Gosal selaku Deputi Direktur Yayasan BaKTI (Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia) & Stela Nau, Founder NTT Muda dan Demokrasi Digital.
Zussana Gosal menggambarkan sejarah, nilai dan perjalanan Yayasan BaKTi sebagai pengantar. Yayasan BaKTI atau Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia yang bekerja di 16 Provinsi di KTI didirikan pada 2009 di Sulawesi Selatan.
“Yayasan BaKTI berfokus pada pertukaran pengetahuan dan pengelolaan program pembangunan berkelanjutan khususnya di KTI,” ujar Gosal.
BaKTI melakukan pendekatan untuk menjalin jaringan melalui beberapa platform, yaitu BaKTINews, Batukarinfo.com, Podcast BaKTI, dan kanal Youtube Yayasan BaKTI.
Selain platform online, BaKTI juga memiliki berbagai pertemuan kegiatan-kegiatan offline, yaitu Festival Forum KTI, Bengkel Komunikasi, Forum Insparsi.
“Untuk menjaga sustainability, sama seperti BaKTI yang mengelola beberapa program dari mitra pembangunan untuk bisa mendanai kegiatan utama, maka penting adanya manajemen yang mumpuni, manajemen program dan manajemen operasional,” jelasnya.
Selain itu, perlu adanya tata kelola, tata nilai dan legitimasi kemampuan dari mitra, bekerjasama dengan pemerintah dan kepercayaan dari publik atas apa yang dikerjakan. Juga dengan leadership yang baik menghasilkan kepercayaan dari berbagai pihak.
Dalam menjaga kepercayaan pendanaan yang diberikan mitra, keuangan harus dikelola dan dipertanggung jawabkan dengan pengelolaan yang transparan dan akuntabel. Dengan pengelolaan yang transparan dan akuntabel akan membuat mitra maju dan terus percayakan pembayaran sumber daya mereka.
“Pengelolaan program dan pengelolaan keuangan yang baik menjadikan kekuatan luar biasa terhadap organisasi yang kita bina dan memungkinkan terjalinnya kolaborasi baru yang lebih luas,” tegasnya.
Dukungan lain, tambah Gosal, dengan melakukan pelatihan keuangan secara berkala kepada setiap pihak terutama yang baru bergabung, karena mereka berhak tahu kesulitan-kesulitan yang dialami dan strategi untuk mengatasinya.
Sementara, Stela Nau dari NTT Muda dan Demokrasi Digital yang tampil di sesi kedua mentorship lebih tekankan pada personal development & problem solving.
Personal development dapat digunakan bagaimana melihat tujuan, tanggung jawab, dan naik-turunnya kehidupan adalah sebuah proses kehidupan akan terus berjalan sampai akhir, begitupun dalam mengelola sebuah organisasi.
“Buatlah alasan kuat untuk mengerjakan sesuatu, maka kita akan bisa melakukan banyak hal produktif dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk diri sendiri atau orang lain. Dimulai dengan bangun pagi untuk ciptakan mental spirit untuk jalani kehidupan sehari-hari dan menciptakan lingkungan bagaimana kita mau berada,” jelas Stela.
Dikatakan, latihlah problem solving attitude ketika tidak terbiasa dengan suatu hal bisa mencari solusinya dalam kehidupan sebagai proses belajar dan mendapatkan hasil dari penyelesaian.
Problem solving bisa digunakan untuk melihat kesuksesan dan kegagalan. Buatlah kegagalan menjadi sebuah kesuksesan dengan menerima dan mengakui kegagalan serta mencari solusi dari masalah tersebut, serta melihat apa yang diperjuangkan tidak harus selesai dengan hasil yang sempurna.
“Cobalah melihat kegagalan sebagai kemenangan-kemenangan kecil yang diraih selama proses belajar dan berusaha. Dengan mengubah mentalitas memandang kegagalan sebagai bagian dari proses berubah juga cara memandang kesuksesan bukan sekadar pencapaian, tapi kemampuan menerima dan belajar dari kegagalan,” jelasnya.
Sebuah proses yang dijalani dapat membentuk karakter, mengajarkan kesabaran, dan mendorong kemampuan berpikir kritis.
“Jika hasilnya tidak baik tetap lakukan yang terbaik karena itu adalah sebuah proses kehidupan. Nikmati prosesnya, karena disanalah pembelajaran dan pertumbuhan terjadi,” urainya.
Teknologi yang semakin berkembang memberikan banyak kemudahan, tapi juga dapat memberikan resiko jika manusia terlalu bergantung.
“Ketika kita terlalu bergantung dengan teknologi, kita dapat kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara kreatif, kita bisa kehilangan daya saing dalam banyak aspek kehidupan,” ajak Stela.
“Manfaatkan teknologi hanya sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti. Nilai-nilai seperti ini juga penting dalam membangun sebuah platfor atau dimiliki oleh pemimpin organisasi, yayasam dan komunitas dalam pengelolaan platform yang sustainbale,” terangnya.
Mentoring yang diprakasi Preposisi ditutup dengan antusias dari para peserta dalam berkonsultasi, sharing bersama antara narasumber dan peserta serta membuka jejaring kolaborasi dan koneksi baru yang tercipta. (NS)