
AMBON,Nunusaku.id,- Program Pascasarjana Institut Agama Kristen (IAKN) Ambon untuk kedua kalinya melakukan kegiatan bedah karya musik.
Kali ini, bedah karya mengusung tema “Alam Menyapa; Bedah Karya Komposisi Musik Terapi”.
Komposer ternama dari Universitas HKBP Nomensen-Medan yang juga pemilik karya musik ini, Prof. Junita Batubara, MSn, PhD dihadirkan sebagai pembicara utama di auditorium IAKN Ambon Kawasan Halong Atas, Kamis (14/11).
Demikian juga para pimpinan, dosen, mahasiswa sarjana dan Pascasarjana serta pengurus APSI Maluku.
Sedangkan para pembedah dari luar negeri yaitu Prof.Dr.Yudi Sukmayadi, M.Pd, Dr Hendry Virgan, M.Pd dan Dr. Pulungun. Ginting, S.Sn, M.Sn hadir secara daring.
Untuk Dr. Dewi Tika Lestari, M.Sn, Dr. Agusthina. Ch. Kakiay, M.Si dan Branckly. E. Picanussa, D.Th, M.Th.LM yang juga pembedah karya musik hadir luring.
Ketua Program Studi (Kaprodi) Magister Musik Gereja Pascasarjana IAKN Ambon, Dr. Dewi Tika Lestari, M.Sn katakan, dalam perenungan, seniman akan menemukan simbol dan/atau metafora. Simbol itu akan dipakai sebagai bahasa ekspresi dan kemudian akan digunakan sebagai motif pokok (utama).
Dikatakan, kegiatan bedah karya musik ini dirancang guna menjadi wadah bagi para komposer dan tak luput bagi para mahasiswa yang khusus mengambil jalur penciptaan musik untuk dapat pengetahuan lebih dalam proses penggarapan karya kedepannya.
“Pemateri dalam kegiatan ini hadirkan para komposer baik dalam maupun luar negeri dan juga mahasiswa S2 Musik Gereja IAKN Ambon,” sebut Kaprodi.
Sementara, Direktur Pascasarjana IAKN Ambon, Dr. Agusthina. Ch. Kakiay, M.Si mewakili Rektor katakan, ini tahun kedua Pascasarjana melakukan bedah karya, setelah diawali tahun lalu.
Diharapkan kedepan, biasanya akan ada karya dosen dan mahasiswa, atau kolaborasi antar keduanya.
“Sehingga harapannya lewat karya music yang ada, dibedah untuk mendapatkan masukan dari ahli atau pakar di bidangnya, agar menjadi lebih baik lagi kedepan dalam menghasilkan karya-karya musik lainnya,” harap Kakiay.
Prof. Junita Batubara menyebut, karya ini dibuat di suku pedalaman asli di Malaysia. Di Negeri Jiran itu, dirinya menjadi dosen internasional selama tiga tahun di University Pendidikan Sultan Idris dan mendapat hibah dari pemerintah Malaysia untuk lakukan observasi dan menjadikan sebuah karya, yang mengangkat musik tradisi.
“Karya ini sebenarnya idenya berasal dari kehidupan suku asli di Malaysia, tepatnya di tanjung Malim. Saya tiga bulan tinggal Bersama mereka, melihat bagaimana kehidupan mereka. Mendengar berbagai suara burung dan suara air,” jelasnya.
Diketahui, selain bedah karya musik, di kesempatan itu juga dilakukan pelantikan pengurus Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI) Maluku periode 2023-2027, yang dipimpin Dr. Dewi Tika Lestari, M.Sn. (NS)