
AMBON,Nunusaku.id,- Hidup pela dan gandong yang ditanamkan orang tetua masih terawat manis hingga generasi saat ini di tanah Maluku.
Bicara pela dan gandong, maka tidak ada sekat apapun yang jadi penghalang, termasuk agama dan suku. Itulah yang tergambar nyata di Negeri Buano Utara Kecamatan Huamual Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Hari ini, Selasa 17 Juni 2025 pagi di Hena Puan, sapaan adat untuk Buano Utara, penuh hiruk pikuk keramaian. Tua muda, kecil besar, laki-laki perempuan semua berbaur penuh sukacita.
Bukan karena ada pesta nikahan atau datangnya pejabat teras Kabupaten atau Provinsi. Akan tetapi momen sakral sedang dijalankan, pemasangan atap Masjid Al-An Mabua.
Momen itu terasa istimewa sebab Gandong Tengah dari Negeri Oma Kecamatan Pulau Haruku dan Gandong Bongso Negeri Ullath Kecamatan Saparua ikut ambil bagian dalam momen itu.
Gandong Tengah Oma diberi tanggungan sediakan besi dan akan datang memasang atap besok, Rabu 18 Juni pagi. Sementara Bongso Ullath membawa senk 600 lembar dari negeri ke Gandong Kaka Buano menggunakan sejumlah kapal motor sehari sebelumnya, Senin (16/6).
Kesakralan terasa sebab senk yang dibawa itu lebih dulu didoakan di Gereja Taman Hoea Jemaat Ullath, Minggu (15/6), diantar dari Baileo Negeri Ulath oleh dua kewang.
Nuansa adat dan budaya sangat kental dalam prosesi pemasangan atap Masjid. Semua ritual dimulai dari Baileo, rumah adat. Sebelum dipasang, bantuan senk yang dibawa Gandong Bongso Ullath dibuatkan upacara adat.
Para Upulatu, Saniri, tokoh agama maupun masyarakat dari Negeri Buano Utara dan Ullath, baik yang akan naik memasang atap Masjid maupun tidak, mesti ikut upacara.
Selain mendoakan kelancaran proses hingga selesai, tetapi juga itu bentuk penghormatan terhadap adat istiadat yang menyatukan tiga Negeri, Buano, Oma dan Ulath dalam ikatan satu gandong.
Ikatan itu memuncak seiring tingginya Kubah Masjid Al An yang sementara dibangun itu, tatkala Gandong Kaka Buano berikan kesempatan enam perwakilan Gandong Bongso Beilohy Amalatu Ullath untuk naik awal memasang atap Masjid.
Yaitu Ketua Majelis Jemaat, Raja Ullath, Tua Negeri, Kepala Kewang dan Ketua Persekutuan Warga Beilohy Amalatu (Perwaba) Kota Ambon, Lucky Leonard Upulatu Nikijuluw.
Mereka bersama tiga Kaka Gandong Buano yang diwakili Raja, Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Juneidi Hitimala dan Penasehat panitia.
“Gandong Kaka Negeri Buano Utara sangat berterima kasih kepada Gandong Bongso Ullath atas keikhlasan dan dedikasi membantu Katong Gandong Kaka dengan 600 lembar senk untuk tutup atap Masjid,” akui Ketua panitia pembangunan Masjid Al-An Buano Utara, Juneidi Hitimala.
Penutupan atap Masjid bersama Gandong Tiga Negeri ini menurut dia, tidaklah hanya dimaknai dari sisi menyatukan perbedaan antar umat beragama.
Tetapi lebih dari itu, memperkuat dan menjalin hidup orang basudara di tanah Maluku. Seperti filosofi “Potong di kuku rasa di daging, Ale rasa Beta rasa, sagu salempeng dibagi dua”. Sebab Buano, Oma dan Ulath sejak dulu terbentuk, lahir dari satu Gandong Tiga Darah.
“Keterlibatan Gandong Oma dan Gandong Ullath dalam tutup atap Masjid Gandong Kaka Buano Utara sebagai bentuk solidaritas kami hidup sebagai orang basudara. Laeng harus sayang laeng, laeng bantu laeng pung susah, laeng liat laeng kalo kurang,” sebutnya.
Di tempat yang sama, sekretaris panitia Sudin Tamalene juga berterimakasih kepada Gandong Tengah Oma dan Gandong Bongso Ullath baik yang ada di Negeri maupun dimana saja berada. Demikian pula untuk pengurus pusat Perwaba (persekutuan warga Beilohy Amalatu) di Kota Ambon.
“Prosesi pembangunan masjid Buano Utara ini kita maknai untuk semakin meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, tetapi juga sebagai simbol perekat antar orang basudara di Maluku hingga anak cucu Gandong Tiga Negeri,” demikian Sudin. (NS).